Iqbal S

PERBEDAAN ANTARA HASIL PEMBELAJARAN DENGAN MODUL DAN SECARA KLASIKAL BAGI SISWA KELAS 1 SLTP TERBUKA 262 JAKARTA TIMUR

SUGENG SUPRIYANTO 5215999714

DITULIS ULANG OLEH:
Iqbal Sururi ( 5215087459 )
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika.
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi mengajar mana yang lebih efektif antara strategi mengajar dengan menggunakan modul dan strategi mengajar secara klasikal terhadap hasil belajar ketrampilan elektronika.
Penelitian ini dilaksanakan pada catur wulan II Tahun Ajaran 2001/2002 selama empat kali pertemuan. Sampel penelitian ini adalah 30 siswa ditentukan dengan teknik random sampling.
Instrumen penelitian dalam pengambilan data menggunakan tes hasil belajar komponen elektronika secara teoritik bukan praktek yang memiliki validitas tes sebesar 0.562, tehnik analisa data penelitian dengan menggunakan uji test pada taraf kepercayaan (signifikan) α=0.05 dengan derajat kebebasan (N1 + N2) – 2.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelompok I (X) yang diberi strategi mengajar dengan menggunakan modul memperoleh nilai rata-rata tes awal 7.25 sedangkan nilai rata-rata tes akhir 8.42 nilai t-hitung 10.63 nilai t-tabel pada dk 14 dan taraf kepercayaan (signifikan) α=0.05 didapat nilai sebesar 2.145, jadi t-hitung 10.63 > dari nilai t-tabel 2.145 maka hipotesis nihil ditolak, sedangkan hipoteis penelitian diterima.
Peningkatan keberhasilan belajar kelompok II (Y) yang diberi strategi mengajar secara klasikal memperoleh nilai rata-rata tes awal sebesar 7.1, sedangkan nilai rata-rata tes akhir 7.75, t-hitung 3.963 sedangkan t-tabel pada dk = 14 sebesar 2.145 dengan taraf kepercayaan α=0.05, jadi t-hitung 3.963 > dari nilai t-tabel 2.145 maka hipotesis nihil ditolak sedangkan hipotesis penelitian diterima.
Untuk analisis data tes akhir dari kedua kelompok sebagai berikut: Nilai rata-rata kelompok I (X) 0.45 kelompok II (Y) 7.75 standar deviasi kelompok I (X) 0.45 kelompok II (Y) 0.76 standar eror kelompok I (X) sebesar 0.120 dan kelompok II (Y) standar eror sebesar 0.200, kesalahan beda mean sebesar 0.233 t-hitung sebesar 2.875 t-tabel pada dk sebesar 2.048 maka dapat disimpulkan bahwa strategi mengajar dengan menggunakan modul lebih efektif dibandingkan dengan strategi mengajar secara klasikal terhadap hasil belajar ketrampilan elektronika pada siswa kelas 1 SLTP Terbuka 262 Jakarta Timur.

Kata kunci : Pembelajaran dengan modul, Pembelajaran secara klasikal, Proses belajar, Hasil belajar
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan situsi dalam proses belajar mengajar.
Pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mendapat sorotan dari masyarakat terutama menyangkut masalah mutu pendidikan dari produk yang dihasilkan selama ini yang semakin menurun baik kwalitas dan kwantitasnya. Hal tersebut dapat dipahami sebagai fenomenayang menjadi kendala serta tantanganyang harus dihadapi oleh kalangan dunia pendidikan, dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut diatas mencakup kendala internal maupaun eksternal. Faktor internal meliputi konstribusi dunia pendidikan itu sendiri, diantaranya adalah; personalisme guru, system pendidikan yang digunakan serta bermacam-macam parameter pendidikan yang pada akhirnya menjadi beban dan symbol yang harus di emban oleh para pendidik. Sedangkan faktor eksternal meliputi; situasi politik dan kondisi ekonomi yang tidak menentu, kebijakan pemerintah yang belum mendukung proses peningkatan SDM, serta dukungan dana yang belum mencukupi untuk menunjang proses pendidikan di Indonesia.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah dalam hal ini Depdiknas mengambil kebijakan untuk pengadaan SLTP Terbuka selaras dengan program pendidikan dasar 9 tahun. Sistem pendidikan terbuka tingkat SLTP ini diharapkan mampu mengatasi beberapa permasalahan seperti: alasan sosial ekonomi, geografis, tenaga pengajar serta gedung-gedung dan fasilitas belajar yang telah tersedia dimasyarakat.
Sistem pendidikan di SLTP Terbuka menggunakan kurikulum yang sama seperti SLTP biasa, tetapi menggunakan pola kegiatan belajar mengajar yang berbeda. Proses interaksi kegiatan belajar menggunakan sarana dan media modul yang berisikan satuan pelajaran yang kecil lingkupnya, sehingga mudah dipahami dan mudah di ingat oleh siswa. Setiap modul mempunyai empat komponen, yaitu Petunjuk Guru, Kegiatan Siswa, Tes Akhir Modul serta Kunci Tes. Bahan belajar utama dapat ditunjang dengan menggunakan kaset suara, TV dan media belajar lainnya.
PEMBAHASAN
Belajar
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.(1) Dalam belajar, perubahan tidak hanya mengenai bertambahnya pengetahuan tetapi juga dapat berbentuk ketrampilan dan perubahan kebiasaan.(2) Dalam proses belajar siswa harus mampu menyesuaikan diri atas kemampuan dasar yang dimilikinya dengan tujuan belajar yang hendak dicapainya.
Prosees belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase,(3) yaitu (1)Informasi, (2)Transformasi dan (3)Evaluasi. Informasi: dalam tiap pembelajaran, siswa memperoleh sumber informasi. Ada yang menambah, memperluas, memperdalam tetapi adapula yang bertentangan dengan yang telah diketahui sebelumnya. Transformasi: informasi harus dianalisis, diubah dan ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih abstrak dan konseptual agar dapat digunakan sewaktu-waktu. Evaluasi: dari hasil transformasi dapat dinilai sampai sejauh mana informasi tersebut dapat dipakai untuk menjawab dan memahami gejala-gejala yang lainnya.
Belajar juga pada intinya tertumpu pada kegiatan member kemungkinan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil yang sesuai tujuan.(4) Menurut Robert M. Gagne(Nasution:1995), kondisi-kondisi belajar dikelompokkan sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya. Diantaranya kemampuan-kemampuan itu adalah: ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik serta sikap dan nilai.(5)
Skinner (Nasution:1995) berpendapat bahwa belajar adalah suatu prilaku, pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik sedangkan bila sedang tidak belajar maka responnya menurun. Lain lagi pandangan dari Gagne, pendapatnya adalah bahwa belajar merupakan kegiatan kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas dengan perubahan yang memiliki ketrampilan, sikap dan nilai. Lebih dikuatkan lagi oleh pendapat Piaget yang menyatakan bahwa interaksiyang kontinyu dengan lingkungan menyebabkan fungsi intelek semakin berkembang, sehingga peranan individual menjadi sangat dominan dalam memperoleh penetahuan.(6)
Proses Belajar
Proses Belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mengeti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Seseorang yang melakukan kegiatan belajar dapat disebut telah mengerti suatu hal, bila ia juga dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya.(7)
Kegiatan-kegiatan dalam proses belajar melalui fase-fase tertentu mulai dari fase frustasi pada taraf permulaan, inisiatif dan kerja individual, keakraban pribadi, perubahan individual serta pengaruh atas pengajar.(8) Seperti juga yang diungkapkan oleh Bruner, dalam proses belajar dapat lebih ringkas lagi yaitu: episode informasi, transformasi dan evaluasi,(9) sebagai satu kesatuan program kegiatan.
Belajar merupakan proses ilmiah yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Sebagai proses belajar individual penguasaan ketiga ranah tersebut akan mengarah kepada ketercapaian hasil yang membentuk kompetensi yang mendukungnya memiliki intelektual yang lebih tinggi.
Ranah kognitif (Bloom,dkk.dalam Nasution:1995) meliputi 6 jenjang prilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif (Krathwohl & Bloom,dkk) terdiri dari 5 prilaku, yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Sedangkan ranah psikomotor (Simpson, dalam Dimyati dan Mujiono:1990) terdiri atas 7 prilaku, yaitu: persepsi, kesiapan, gerak terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.(10) Tingkat perkembangan hasil belajar dapat dinyatakan lebih baik apabila ada perubahan sikap yang mendasar dalam proses belajar yang selanjutnya, baik berupa kematangan berfikir, bertindak dan berkreatifitas.

Hasil Belajar.
Hasil belajar adalah suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel prilaku.(11) Dan juga penguasaan kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam satuan waktu dan bahan tertentu serta perbedaan antara kecakapan pada awal proses dan akhir belajar.(12) Tingkat kecakapan yang dimiliki siswa diharapkan selalu berkembang seiring dengan belajar yang dilaluinya.
Salah satu tugas pokok guru adalah menevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian kecermatan evaluasi sebagai alat ukur untuk hasil belajar akan banyak bergantung pada ketepatan, kepercayaan, ke obyektifan dan representative informasi yang didukung oleh data yang diperoleh.(13)
Evaluasi berupa ulangan formatif, cawu/semester adalah alat untuk mengukur/menilai sampai dimana tujuan pengajaran telah tercapai baik dari sudut peserta didik maupun pengajar. Penilaian yang dicapai dari hasil belajar memiliki arti penting sebagai indikator keberhasilan proses secara keseluruhan.(14) Selaras dengan konsep belajar tuntas, hasil belajar yang diharapkan adalah menyeluruh untuk peserta didik yang belajar.
Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria, karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.(15) Siswa dapat dinyatakan berhasil apabila kriteria dan target pencapaian tujuan yang tercantum dalam tujuan PSP terpenuhi.
Mastery Learning (Belajar Tuntas)
Adanya variasi dalam taraf penguasaan (mastery) bahan ini mencerminkan adanya variasi kemampuan (intelektual,bakat) peserta didik. Dengan bakat (aptitude) menurut Carrol (Gagne,Berliner) dapat diartikan bahwa waktu, yakni waktu yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai taraf penguasaan bahan secara memadai seperti yang ditetapkan (non criterion) disamping indikator peramal taraf penguasaan yang akan dicapai peserta didik setelah menjalani proses belajar pada waktu yang lamanya telah disediakan (time ollowed). Dengan demikian Carrol berasumsi bahwa setiap peserta didik pada dasarnya kalau diberi kempatan belajar dengan mempergunakan waktu yang sesuai mungkin saja akan mencapai taraf penguasaan yang sama.(16)
Menurut pandangan nasutioan, Belajar Tuntas menuntut proses belajar mengajar yang ideal, dimana bahan belajar dapat dipelajari oleh peserta didik sebagai individual yang saling berbeda sehingga strategi pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik itu sendiri. Tujuannya adalah agar bahan pelajaran dapat dikuasai dengan sepenuhnya.(17)
Belajar Klasikal
Belajar secara konfensional mengarah kepada kegiatan belajar klasikal dengan penggunaan metode ceramah, dimana pemberian informasi atau fakta secara singkat kaena keterbatasan waktu, ruang dan bahan pelajaran jika dibandingkan dengan jumlah peserta didik yang terlibat dalam proses belajar mengajar.(18) Sudah menjadi kebiasaan (mainset) bahwa kegiatan belajar itu berpusat pada dirinya.
Modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.(19) Sehingga dapat dijabarkan bahwa system pengajaran modul ialah suatu system penyampaian pelajaran yang telah dipilih dalam rangka pengembangan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan dan efektif.(20)
Tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan caranya sendiri berdasarkan apersepsi atau entry behavior yang dimilikinya.(21) Tujuan lain adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar dengan segala keunggulan yang mungkin tidak dimiliki oleh metode pengajaran yang lainnya.(22)
Diantara berbagai metode pengajaran individual, penggunaan modul memiliki keuntungan yang paling optimal karena semua lingkup pengajaran secara individual telah tercakup didalamnya, mulai dari tujuan, proses, evaluasi, feedback dan recovery-nya.(23)

Karakteristik SLTP Terbuka
SLTP Terbuka sebagai salah satu alternative sistem pendidikan yang dicanangkan pemerintah adalah suatu program untuk mengatasi permasalahan SDM dan upaya penanggulangan angka putus sekolah bagi siswa yang belajar di tingkat pendidikan dasar. Sebagai implementasinya yaitu pelajsanaan SLTP Terbuka sebagai model dan alternative sistem pendidikan untuk mengatasi ketertinggalan daya saing SDM Indonesia.(24)
Karakteristik SLTP Terbuka terletak pada kegiatan belajar dan pengelolaannya, dimana keterlibatan siswa adalah yang utama (siswa sentries). Penggunaan modul menjadi alat menjadi alat yang sangat mendukung kegiatan belajar selain alat lain seperti kaset, media buku dan sebagainya.

Kesimpulan
Hasil belajar ketrampilan elektronika dengan strategi menggunakan modul menunjukkan bahwa kelompok siswa yang belajar dengan modul mencapai hasil yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang belajar secara klasikal.
Dengan demikian ternyata penggunaan modul memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil belajar, dimana rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan modul lebih tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan modul lebih efektif dibandingkan metode mengajar secara klasikal untuk pelajaran ketrampilan elektronika dengan pokok bahasan komponen elektronika bagi siswa kelas 1 SLTP terbuka 262 Jakarta Timur.

DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, Imansjah. 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Anastasi. 1990. Psycological Testing. New York: Mc.Milan Publising Corp.
Arifin, Z. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya.
Burnner. 1960. The Proces of Education. New York: Vinlage Books.
Dimyanti dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Davies, Ivor K. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali.
Nasution. 1982. Dibalik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jembatan.
Nasution. 1995. Belajar dan mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Putrawan, I Made. 1990. Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Rooijakkers. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.
Rusyan, Tabrani A., Atang Kusnidar dan Zainal Arifin. 1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugeng supriyanto, 1999, ( Perbedaan antara hasil pembelajaran dengan modul dan secara klasikal bagi siswa kelas 1 sltp terbuka 262 jakarta timur ). Jakarta, Makalah Skripsi Teknik Elektro

Leave a comment